Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, Swiss. Kakeknya dari pihak Ayah adalah seorang seorang fisikawan terkenal dari Basel. Ada rumor yang berkembang di daerah tersebut bahwa kakaek Jung adalah anak tidak sah dari sastrawan terkenal Jerman Goethe.Walaupun ayah Jung tak pernah mengakui hal tersebut, kadang-kadang Jung mempercai bahwa ia adalah cicit Goethe.
Jung menggambarkan ayahnya sebagai seseorang yang idealis sentimental dengan keragu-raguan mengenai keyakinan agamanya. Terhadap Ibunya, Jung melihat sebagai seseorang yang memiliki dua sisi. Sisi yang pertama, ibunya adalah orang yang realistis, praktis, dan berhati hangat. Namun di sisi yang lainnya, ibunya tidak stabil, percaya pada hal-hal mistis spiritual, kuno, dan keji.
Ketidaksadaran kolektif sudah mengakar dari masa lalu leluhur seluruh spesies. Hal ini merepresentasikan konsep Jung yang paling controversial dan mungkin yang paling penting. Isi fisik yang menyertai ketidaksadaran kolektif diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisis psikis yang potensial. Pengalaman nenek moyang terdahulu dengan konsep universal seperti Tuhan, Ibu, Bumi, dan lainnyatelah ditransmisikan dalam beberapa generasi sehingga orang berada dalam suat kondisi dan wakt yang dipengaruhi oleh pengalaman primordial primitive nenek moyangnya. Dengan demikian, isi dari ketidaksadaran kolektif adalah kurang lebih sama pada seluruh budaya di dunia ini.
Arkatipe
Arkatipe adalah bayangan leluhur atau arkaik yang datang dari ketidaksadaran kolektif. Arkatipe mereka merupakan kumplan bayangan-bayangan yang diasosiasikan dan diwarnai dengan sangat kuat oleh perasaan dan muncul dari isi ketidaksadaran kolektif.
Anima
Seperti Freud, Jung juga percaya bahwa semua manusia secara pdikologis bersifat biseksual dan memiliki sisi maskulin dan feminin. Sisi feminin seorang pria terbentuk dalam ketidaksadaran kolektif sebagai arkatipe dan menetap di kesadaran.
Jung percaya bahwa anima berasal dari pengalaman seorang pria dengan wanita (ibu, kakak perempuan, dan kekasih) yang digabungkan untuk membentuk gambaran umum wanita. Dalam perjalanannya, konsep umum ini menjadi bagian dalam ketidaksadaran kolektif dalam sema pria sebagai arkatipe anima.
Animus
Arkatipe maskulin pada wanita disebut animus. Bila anima mempresentasikan mood dan perasaan yang irasional, maka animus merupakan symbol dari proses berfikir dan bernalar. Animus mampu mempengaruhi proses berfikir seorang wanita, yang sebenarnya tidak dimilki oleh seorang wanita. Hal itu sebenarnya berasal dari ketidaksadaran kolektif yang bermula dari cerita hbngan prasejarah pria dan wanita.
Jung percaya bahwa animus bertanggungjawab dalam proses berfikir dan berpendapat seorang wanita, sama dengan anima yang menghasilkan perasaan dan mood seorang pria. Animus juga merupakan penjelasan mengapa perempuan terkenal dengan proses berfikir yang irasional dan pendapatnya yang tidak logis. Menurut Jung, ada banyak pendapat wanita yang valid dan objektif. Pemikiran-pemikiran ini bukan merupakan hasil proses berfikir, namun sudah tersedia untuk digunakan. Bila seorang wanita lebih didominasi oleh animus, maka tidak adapemikiran logis ata penampakan emosi yang mamp menggoyahkan kepercayaannya. Seperti anima, animus juga muncl dalam bentuk mimpi, penampakan, dan fantasi yang dilebih-lebihkan.
Persepsi merupakan proses yang antara satu orang dengan orang lain sifatnya berbeda-beda (individualistic) daripada yang diperkirakan orang, menurut Linda L.Dafidof(1988) persepsi merupakan proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri. Persepsi manusia tergantung akan apa yang diharapkan, pengalaman, dan motivasi.
L.G. Schiffman dan L.L. Kanuk (1994, dalam Djaslim Saladin, 2002:54) mendeskripsikan persepsi sebagai proses bagaimana seorang individu menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretansikan stimulus ke dalam suatu yang bermakna dan melekat dalam ingatan.
Suharman 2005, menyatakan bahwa persepsi merupakan kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, mengfokuskan perhatian terhadap suatu objek ransang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini, persepsi melibatkan proses interprestasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek.
Menurut Caplin (1989) persepsi sebagai berikut:
·Proses mengetahui dan mengenal objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.
·Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman dengan masa lalu.
·Kesadaran dari proses proses organis.
·Variable yangmengahalangi atau ikut campurtangan, berasal dari kemampuan organism untuk melakukan pembadaan diantara perangsang perangsang.
1.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Terdapat dua faktor yang menmpengaruhi persepsi seseorang, faktor-faktor itu adalah:
1.Faktor internal, yaitu yang ada dalam diri individu, keadaan individu yang dapat mempengaruhi persepsi, faktor internal terbagi lagi menjadi beberapa bagian: (Wibowo, 1988:67).
·Faktor pengalaman, semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang tentang objek stimulusnya, sebagai hasil dari seringnya kontak antara perseptor dan objeknya semakin tinggi.
·Semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang semakin besar kemungkinan ia akan bertindak lebih objektif dalam memberikan penilaian atau membangun kesan mengenai objek stimuus, hal ini dikarenakan orang yang cerdas cenderung lebih hati-hati serta berupaya untuk menghimpun informasi yang lebih lengkap sebelum menarik kesimpulan.
·Faktor penghayatan stimulus. Setiap orang dalam taraf yang berbedaan-baeda memiliki kemampuan untuk menangkap perasaan-perasaan orang lain sebagaimana adanya. Kemampuan ini lazimnya sebagai kemampuan berempati, kemampuan ini dapat berwujud menjadi kemampuan untuk mengambil peran orang lain (role taking) dalam arti, menempatkan diri pada kedudukanorang lain serta menilai sesuatu dari sudut pandang orang lain.
·Faktor ingatan (memori) daya ingat seseorang juga menentukan veridikalitas persepsinya. Sebagaimana persepsi terjadi melalui asosiasi dengan pengalaman- pengalaman seseorang pada masa lampau yang tersimpan dalam ‘gudang’ ingatannya. Proses asosiasi ini akan terhambat bila daya ingat seseorang lemah.
·Faktor disposisi kepribadian. Kepribadian disini diartikan sebagai kecendrungan kepribadian yang dianggap menetap pada diri seseorang, seseorangdengan kepribadian yang bercorak otoriter, misalnya cenderung untuk bersikap kaku, mempunyai pandangan yang sempit, mudah berprasangka, dan merasa dirinya selalu benar. Seseorang yang demikian akan cepat mengambil kesimpulan dan berpegangan kuat pada kesan atau penilaian yang dibuatnya.
·Faktor kecemassan, seseorang yang dikecam oleh kecemasan karena suatu hal yang berkenaan dengan objek stimulusnya akan mudah dihadapkan pada hambatan-hambatan mempersepsi objek tersebut. Kecemasan menyebabkan orang mampu melakukan berbagai hal guna mengatasi keadaan dalam dirinya.
2.Factor eksternal, yaitu lingkungan dan factor stimulus itu sendiri agar stimulus itu dipersepsi maka stimulus harus diperkuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal namun sudah dapat menimbulkan keasadaran, kejelasan stimulus akan banyak mempengaruh persepsi. Lingkungan atau situasi yang melatar belakangi stimulus juga akanm berpengaruh dalam persepsi, lebih jika objek persepsi adalah manusia. Lingkungan yang melatar belakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan. Objek yang sama dengan situasi yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.
Tulisan pertama di blog yang entah ke berapa. Cuman berharap semoga kali benar-benar mau serius menulis. Semoga blog ini gak cuman numpuk-numpukin blog kosong yang ada di dunia maya. Amiin...