Kamis, 11 November 2010

Persepsi



Persepsi merupakan proses yang antara satu orang dengan orang lain sifatnya berbeda-beda (individualistic) daripada yang diperkirakan orang, menurut Linda L.Dafidof(1988) persepsi merupakan proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri. Persepsi manusia tergantung akan apa yang diharapkan, pengalaman, dan motivasi.

L.G. Schiffman dan L.L. Kanuk (1994, dalam Djaslim Saladin, 2002:54) mendeskripsikan persepsi sebagai proses bagaimana seorang individu menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretansikan stimulus ke dalam suatu yang bermakna dan melekat dalam ingatan.

Suharman 2005, menyatakan bahwa persepsi merupakan kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, mengfokuskan perhatian terhadap suatu objek ransang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini, persepsi melibatkan proses interprestasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek.

Menurut Caplin (1989) persepsi sebagai berikut:

· Proses mengetahui dan mengenal objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.

· Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman dengan masa lalu.

· Kesadaran dari proses proses organis.

· Variable yang mengahalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organism untuk melakukan pembadaan diantara perangsang perangsang.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Terdapat dua faktor yang menmpengaruhi persepsi seseorang, faktor-faktor itu adalah:

1. Faktor internal, yaitu yang ada dalam diri individu, keadaan individu yang dapat mempengaruhi persepsi, faktor internal terbagi lagi menjadi beberapa bagian: (Wibowo, 1988:67).

· Faktor pengalaman, semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang tentang objek stimulusnya, sebagai hasil dari seringnya kontak antara perseptor dan objeknya semakin tinggi.

· Semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang semakin besar kemungkinan ia akan bertindak lebih objektif dalam memberikan penilaian atau membangun kesan mengenai objek stimuus, hal ini dikarenakan orang yang cerdas cenderung lebih hati-hati serta berupaya untuk menghimpun informasi yang lebih lengkap sebelum menarik kesimpulan.

· Faktor penghayatan stimulus. Setiap orang dalam taraf yang berbedaan-baeda memiliki kemampuan untuk menangkap perasaan-perasaan orang lain sebagaimana adanya. Kemampuan ini lazimnya sebagai kemampuan berempati, kemampuan ini dapat berwujud menjadi kemampuan untuk mengambil peran orang lain (role taking) dalam arti, menempatkan diri pada kedudukan orang lain serta menilai sesuatu dari sudut pandang orang lain.

· Faktor ingatan (memori) daya ingat seseorang juga menentukan veridikalitas persepsinya. Sebagaimana persepsi terjadi melalui asosiasi dengan pengalaman- pengalaman seseorang pada masa lampau yang tersimpan dalam ‘gudang’ ingatannya. Proses asosiasi ini akan terhambat bila daya ingat seseorang lemah.

· Faktor disposisi kepribadian. Kepribadian disini diartikan sebagai kecendrungan kepribadian yang dianggap menetap pada diri seseorang, seseorang dengan kepribadian yang bercorak otoriter, misalnya cenderung untuk bersikap kaku, mempunyai pandangan yang sempit, mudah berprasangka, dan merasa dirinya selalu benar. Seseorang yang demikian akan cepat mengambil kesimpulan dan berpegangan kuat pada kesan atau penilaian yang dibuatnya.

· Faktor kecemassan, seseorang yang dikecam oleh kecemasan karena suatu hal yang berkenaan dengan objek stimulusnya akan mudah dihadapkan pada hambatan-hambatan mempersepsi objek tersebut. Kecemasan menyebabkan orang mampu melakukan berbagai hal guna mengatasi keadaan dalam dirinya.

2. Factor eksternal, yaitu lingkungan dan factor stimulus itu sendiri agar stimulus itu dipersepsi maka stimulus harus diperkuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal namun sudah dapat menimbulkan keasadaran, kejelasan stimulus akan banyak mempengaruh persepsi. Lingkungan atau situasi yang melatar belakangi stimulus juga akanm berpengaruh dalam persepsi, lebih jika objek persepsi adalah manusia. Lingkungan yang melatar belakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan. Objek yang sama dengan situasi yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.

Referensi:

Suharman. (2005). Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi

Davidoff, LL. (1988). Psikologi suatu penghantar. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar