Senin, 31 Januari 2011

Perilaku Menyontek (Cheating)




Pengertian Perilaku Menyontek

Bower (1964) mendefinisikan “cheating is manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve academic success or avoid academic failure),” yang berarti menyontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.

Deighton (1971) juga mendefinisikan “Cheating is attempt an individuas makes to attain success by unfair methods.” Yang berarti, cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.

Cheating dalam tugas akademik meliputi susunan yang bermacam-macam dari fenomena psikologis, meliputi pembelajaran, perkembangan, dan motivasi. Fenomena ini merupakan inti dari psikologi pendidikan.

Berdasarkan perspektif pembelajaran (learning), cheating merupakan sebuah strategi yang (membuat kita berpikir pendek) berfungsi seperti cognitive shortcut. Di mana pembelajaran yang efektif seringya menggunakan pengaturan diri dan strategi kognitif yang kompleks, cheating menghalangi pemakaian strategi tersebut. Dengan demiian dapat disimpulkan bahwa pelajar yang memilih untuk cheating dikarenakan mereka tidak mengetahui bagaimana menggunakan strategi pembelajaran efektif atau sederhanyanya karena mereka tidak ingin menghabiskan waktu untk menggunakan strategi tersebut.

Berdasarkan perspesktif perkembangan, cheating dapat muncul dalam kuntitas dan kualitas yang berbeda tergantung dari level perkembangan kognitif, sosial dan moral siswa. Di mana cheating cenderung sedikit muncul pada anak-anak daripada remaja (Miller, Murdock, Anderman, Poindexter), pernedaan perkembangan ini karena adanya perubahan pada kemampuam kognitif siswa dan struktur sosial dari konteks pendidikan di mana anak-anak dan remaja berinteraksi.

Berdasarkan perspekstif motivasi, cheating muncul karena adanya alasan tertentu dari siswa yang bersangkutan. Beberapa siswa mencontek karena mereka sangat fokus pada extrinsic outcomes seperti rangking, siswa lain mencontek karena mereka fokus dengan menjaga kesan untuk diri mereka sendiri atau untuk teman-teman mereka, kemudian siswa yang lain mencontek karena kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks atau juga karena sifat yang telah berkembang di diri mereka.

Dari definisi dan pengertian menyontek di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menyontek adalah sebuah strategi yang (membuat kita berpikir pendek) berfungsi seperti cognitive shortcut dengan cara-cara tidak jujur yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan akademik dan menghindari kegagalan akademik.

Faktor-Faktor Perilaku Menyontek

Di dalam buku Pychology of Academic Cheating di jelaskan bahwa perilaku menyontek ini berhungan dengan variabel situasi yang ada, motivasi, moral, dan faktor-faktor perkembangan.

Sementara itu dari hasil survey di litbang Media Group yang dilakukan 19 April 2007, menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menyontek adalah:

· Teman dan Sanksi ( faktor lingkungan)

Dari hasil survey litbang Media Group yang dilakukan 19 April 2007, ditemukan bahwa penyebab lingkungan ternyata lebih besar peranannya dalam memunculkan tindakan menyontek peserta didik. Yang termasuk penyebab lingkungan adalah teman dan hukuman.

Ketika ditanya berapa banyak teman responden dulu yang menyontek, mayoritas responden survei litbang Media Group yang dilakukan 19 April 2007 (46%) menjawab banyak. Jumlah yang menjawab sedikit juga tidak berbeda jauh, ada 44 persen. Sedangkan yang menjawab tidak ada hanya tujuh persen saja.

Hasil uji Chi-Square antara jawaban ini dengan jawaban pada pertanyaan pertama menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara responden yang men- jawab pernah menyontek dengan yang tidak pernah menyontek. Responden yang mengaku pernah menyontek menilai banyak teman mereka yang menyontek. Sedangkan responden yang mengaku tidak pernah menyontek menilai hanya sedikit atau bahkan tidak ada teman mereka yang menyontek. Artinya, tindakan menyontek amat dipengaruhi oleh teman. Jika teman menyontek, maka peserta didik juga akan menyontek. Sebaliknya, jika teman tidak menyontek atau hanya sedikit yang menyontek maka peserta didik juga cenderung tidak akan menyontek.

Selain teman, tindakan menyontek juga disebabkan lemahnya pemberlakuan sanksi. Mayoritas responden survei (66 persen) melihat bahwa guru atau dosen hanya memberikan hukuman yang lemah seperti menegur atau meminta ujian ulang peserta didik yang ketahuan menyontek (lihat Grafik 3). Hanya sedikit guru atau dosen yang memberi hukuman berat seperti membatalkan kelulusan peserta. didik (15 persen). Pengujian dengan Chi-Square antara jawaban ini dengan jawaban pada pertanyaan pertama juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara responden yang menjawab pernah menyontek dengan yang tidak pernah menyontek. Responden yang mengaku pernah menyontek menilai

hukuman yang diberikan pada peserta didik yang ketahuan menyontek ringan, tidak tentu, atau bahkan tidak ada hukuman sama sekali. Sedangkan responden yang mengaku tidak pernah menyontek cenderung menjawab hukuman yang diberikan pada peserta didik yang ketahuan menyontek berat

atau tidak tentu.

· Tekanan Tinggi

Menyontek biasanya dilakukan siswa dalam ujian ataupun mengerjakan tugas yang mana kedua hal tersebut mempengaruhi nilai rapor ataupun lulus tidaknya seseorang dalam ujian. Hal ini memberikan tekanan kepada para siswa, tekanan tinggi inilah yang memicu seorang siswa untuk menyontek.

· Andil Pengajar dan Pengawas

Pengajar, baik itu guru dan dosen, atau pihak sekolah dan fakultas, berfungsi sebagai pengawas. Masalahnya, kecurangan akademik ternyata juga ditemukan pada pengajar itu sendiri. Kasus pencurian naskah UN di SMU PGRI 4 Ngawi Jawa Timur menunjukkan bahwa pengajar juga dapat terlibat dalam kecurangan akademik. Jika ditilik lebih jauh, sekolah dan perguruan tinggi sebenarnya berkepentingan atas nilai peserta didiknya. Jika peserta didik memperoleh nilai bagus atau 100% lulus, maka akreditasi sekolah atau kampus meningkat. Sebaliknya, jika nilai jeblok maka akreditasi pun terancam anjlok. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa pengajar atau pengawas pun memiliki andil untuk mendorong para peserta didik dalam melakukan kecurangan.


Sumber:

Anderman, E.M, & Murdock, B.E. (2007). Psychology of academic cheating. USA: Elsevier Academic Press Publication.

McCabe, D.L., Trevino, L.K.,& Butterfield K,D,. Cheating in Academic Institutions:

A Decade of Research. Journal of Ethic & Behavior, 11(3), 219-232.

Mayoritas Siswa-Mahasiswa Menyontek (2007). Diambil tanggal 25 Oktober 2010 dari www.sfeduresearch.org

2 komentar:

  1. ada file "Mayoritas Siswa-Mahasiswa Menyontek" gak? saya buka website nya udah gak bisa :( terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus
  2. betul itu,saya kesal sekali sama teman2 saya yg melakukan hal seperti itu,kan jainya saya laporin.eh.....besoknya saya dilabrak+diomel2in.paahalkan itu salahnya sendiri.

    BalasHapus